Lafal Shalawat Fatih dan Faedahnya

 

Banyak lafal shalawat yang telah diperkenalkan para ulama kepada kita, yang masing-masing mempunyai keutamaan dan khasiat bagi para pembacanya. Dari sekian banyak macam shalawat yang intinya adalah kita memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana yang telah dieprintahkan.

Salah satunya adalah Shalawat Fatih yang mempunyai khasiat sebagai pembuka sesuatu yang belum terurai, dengan shalawat Fatih ini diharapkan menjadi wasilah kepada Allah agar segala macam kebuntuan dan kemacetan persoalan yang sedang dihadapi dapat terurai.

Shalawat Fatih merupakan salah satu shalawat yang sering dibaca dan di amalkan oleh banyak masyarakat di Indonesia khususnya umat muslim. Adapun lafal dari Shalawat Fatih adalah sebagai berikut :

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالنَّاصِرِ الحَقَّ بِالحَقِّ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ

Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā sayyidinā Muhammadinil Fātihi limā ughliqa, wal khātimi limā sabaqa, wan nāshiril haqqā bil haqqi, wal hādī ilā shirātin mustaqīm (ada yang baca 'shirātikal mustaqīm'). Shallallāhu ‘alayhi, wa ‘alā ālihī, wa ashhābihī haqqa qadrihī wa miqdārihil ‘azhīm.

Artinya,"Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, pembuka apa yang terkunci, penutup apa yang telah lalu, pembela yang hak dengan yang hak, dan petunjuk kepada jalan yang lurus. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepadanya, keluarga dan para sahabatnya dengan hak derajat dan kedudukannya yang agung."

Lafal shalawat fatih ini dikutip dari kitab Perukunan Melayu. Dalam kitab itu terdapat kutipan dari Syekh Al-Arif Al-Kubra yang menyebutkan semacam khasiat atas pembacaan shalawat fatih tersebut.

“Kata Syekh Al-Arif Al-Kubra, ‘Barang siapa membaca shalawat ini seumur hidupnya sekali, niscaya ia dipelihara Allah Ta‘ala dari api neraka dan mewajibkan baginya husnul khatimah,’” (Lihat Perukunan Melayu, [Jakarta, Al-‘Aidrus: tanpa tahun], halaman 52).

 


 

Comments